Indo Tekno Podcast

IndoTekno Podcast: eCommerce and Logistics with Arne Jeroschewski of Parcel Perform

May 19, 2020 Alan Hellawell Season 1 Episode 1
Indo Tekno Podcast
IndoTekno Podcast: eCommerce and Logistics with Arne Jeroschewski of Parcel Perform
Show Notes Transcript

(Transkrip Bahasa Indonesia di sini)

We’ve chosen as our first topic of discussion the largest part of the Indonesian internet economy, e-commerce, and the mission-critical enabler to its growth, logistics. The Google Temasek Southeast Asia Internet Economy Report estimated that the region’s e-commerce market hit USD38b in Gross Merchandise Value (or GMV) in 2019. Indonesia e-commerce GMV alone likely topped USD21b last year, suggesting that it is over half of Southeast Asia’s e-commerce business. 

In this episode, we interview e-commerce and logistics expert, Arne Jeroschewski, Founder and CEO of Parcel Perform.

eCommerce dan Logistik dengan Arne Jeroschewski dari parcelperform

 

IndoTekno Podcast, 19 Mei 2020

 

ALAN : Halo semua, dan Selamat datang ke episode pertama IndoTekno!

 

IndoTekno adalah podcast dua mingguan, di mana kami mengundang berbagai narasumber untuk membahas semua hal yang terkait dengan teknologi di Indonesia. Podcast ini berbahasa Inggris, dengan transkrip Bahasa Indonesia. Kami akan memberikan transkrip podcast Bahasa Indonesia di situs web kami.

 

Nama saya Alan Hellawell. Saya adalah tuan rumah dari Indotekno . Sebagai perkenalan, saya adalah pendiri konsultan teknologi bernama Gizmo dan Venture Partner di firma venture  capital Alpha JWC Ventures.

 

Kami meluncurkan podcast IndoTekno atas empat alasan sederhana:

 

PERTAMA , Kami ingin memperkenalkan profil ekosistem teknologi Indonesia yang berbakat, menjanjikan, dan tumbuh cepat

KEDUA , Kami secara khusus ingin menambahkan diskusi dan analisis ke percakapan yang berkembang di kancah teknologi Indonesia

KETIGA , kami ingin memperkenalkan sedini mungkin model bisnis yang muncul yang dapat tumbuh menjadi peluang multi-miliar dolar berikutnya

Terakhir, dan yang paling penting, kami di Indotekno berharap untuk membuka akses diskusi dan insight teknologi ke banyak orang. 

 

Kami telah memilih topik diskusi pertama kami: e-commerce sebagai bagian terbesar dari ekonomi internet dan pemain penting bagi pertumbuhan logistic Indonesia. Laporan Ekonomi Internet Asia Tenggara Google Temasek memperkirakan bahwa pasar e-commerce di Asia Tenggara mencapai USD 38 miliar dalam Nilai Barang Bruto (atau GMV) pada 2019 , jauh lebih tinggi daripada industri pariswisata online di USD34 miliar , dan beberapa GMV dari sharing economy di USD 13 miliar. GMV e-commerce Indonesia sendiri diperkirakan mencapai USD21b tahun lalu, atau lebih dari setengah dari bisnis e-commerce di Asia Tenggara. Sebagai salah satu titik data, Goldman Sachs memperkirakan bahwa Shopee - platform e-commerce terbesar di Asia Tenggara - mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dalam GMV di Indonesia tahun lalu. Sementara itu McKinsey memperkirakan pasar perdagangan online tumbuh hingga USD 65 miliar pada tahun 2022.

 

Asosiasi Logistik Indonesia mengestimasi  pasar logistic Indonesia tumbuh 10-15 persen di 2019, dengan kontribusi bisnis e-commerce yang bertambah dua kali lipat.

 

Hanya sedikit orang yang memenuhi syarat untuk mengomentari tren e-commerce dan logistik Indonesia. Namun, salah satunya telah berganbung dengan kita sebagai tamu hari ini.

 

Arne Jeroschewski adalah Pendiri dan CEO parcelperform . Sebelum mendirikan perusahaan ini pada bulan Juli 2016; Arne menghabiskan tujuh tahun sebagai konsultan McKinsey di kantor mereka di Berlin dan Singapura, sebelum mengambil posisi di platform e-commerce mode regional Zalora. Ia juga pernah bekerja di SingPost dan DHL.

 

Arne, terima kasih telah bergabung dengan kami hari ini.

 

ARNE : Terima kasih telah mengundang saya hari ini, Alan.

 

ALAN : Bisakah Anda memberikan perkenalan singkat parcelperform dan layanan yang ditawarkan?             

 

ARNE : Parcelperform adalah platform pelacakan paket independen yang beroperasi secara global. Dengan integrasi ke lebih dari 600 operator, termasuk e-commerce, kami dapat meningkatkan pengalaman pelanggan pasca pembelian, mengurangi biaya layanan pelanggan, dan mengoptimalkan manajemen logistik mereka.  Kami menyediakan halaman pelacakan, ikhtisar paket parsel bagi pedagang untuk mengelola pengiriman mereka, dan laporan kinerja logistik khusus. Dengan ini, kami telah berhasi bekerja sama dengan banyak merek internasional, termasuk Nespresso, Decathlon, Megabrands, dan Salestock. Oleh karena itu, kami memiliki kumpulan data yang sangat besar untuk bekerja dengan ketika datang ke logistik perdagangan.

 

ALAN : Saya mereferensikan pertumbuhan e-commerce Indonesia dalam pembukaan saya sebelumnya. We-are-Social dan Hootesuite juga memperkirakan lebih dari 90% dari 152 juta pengguna internet di Indonesia telah berbelanja online sebelumnya. Sekitar 5% dari ekonomi ritel Indonesia sekarang online.

 

Komponen penting dari pertumbuhan berkelanjutan dalam e-commerce berkaitan dengan pengalaman logistik, termasuk waktu pengiriman. Bisakah Anda berbagi dengan kami tren apa yang Anda lihat dalam waktu pengiriman di Indonesia?

 

ARNE : Jika kita melihat apa yang dikatakan oleh pelanggan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa satu per tiga konsumen di Indonesia masih mersa tidak puas dengan pelayanan e-commerce. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan ParcelPerform bersama dengan iPrice Group. Namun demikian, kita dapat melihat terjadi peningkatan atas kepuasan konsumen secara terus-menerus selama beberapa tahun ke belakang.

 

Dua tahun yang lalu kita dapat melihat bahwa rata-rata pengantaran barang memakan waktu lebih dari tiga hari, sementara kini menurut saya angka tersebut telah turun menjadi hanya sedikit lebih dari dua hari. Hal tersebut merupakan peningkatan yang signifikan dan dapat membuat pelanggan untuk menjadi lebih puas dengan pelayanan (e-commerece) serta meyakinkan mereka untuk menggunakan layanan itu kembali. Hal ini tentu saja tidak memungkirkan fakta bahwa sebagian besar tujuan pengiriman e-commerce adalah ke kota-kota besar, dimana waktu transit menjadi lebih rendah; kita dapat melihat 40% tujuan dari pengiriman barang adalah ke DKI Jakarta dan Jabodetabek. Meski begitu, kami telah melihat bahwa di daerah lain waktu transit barang juga kian menurun, sehingga e-commerce menjadi sarana belanja yang sangat relevan bagi konsumen di Indonesia.

 

ALAN : Bagaimana tren dan nilai yang ada di Indonesia dibandingkan dengan pasar regional?

 

ARNE : Indonesia memiliki latar geografis yang cukup menantang. Banyak pulau tidak memiliki bandara komersial yang besar, infrastruktur transportasi yang kurang memadai, dan juga kesediaan membayar (willingness to pay) rendah untuk pelayanan logistik yang maju. Meski demikian, kita dapat melihat bahwa (Indonesia) di Asia menempati peringkat menengah dalam hal waktu transit dan KPI logistik e-commerce. Maka, meski memiliki lingkungan yang cukup menantang, Indonesia telah bekerja cukup baik dalam membangun infrastruktur.

 

Dalam data statistik terbaru yang diluncurkan World Bank, kita dapat melihat Indonesia naik 20 peringkat menuju posisi 46 dalam hal infrastruktur logistic. Peningkatan ini sangatlah signifikan, dan menunjukkan bahwa pelanggan di Indonesia dapat memiliki akses ke infrastruktur logistik e-commerce yang maju dalam waktu dekat.

 

ALAN : Tantangan unik apa yang dihadapi logistik e-commerce di Indonesia dibandingkan dengan wilayah lain?

 

ARNE : Dibandingkan dengan pasar logistik secara umum, Indonesia merupakan salah satu negara dengan biaya logistik tertinggi di dunia. Sekitar 25-30% dari PDB di Indonesia digunakan untuk sector logistik. Di negara lain, angka tersebut hanya 5%, bahkan seringkali lebih kecil lagi. Hal ini mengakibatkan waktu penahanan yang lebih lama dalam pengiriman paket, proses yang tidak begitu dapat diandalkan, waktu transit yang lebih lama, dan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan di jalan untuk mengangkut barang dari lokasi A ke B. Meski demikian, pelayanan logistik kota-kota besar di Indonesia tidak lebih buruk dari kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara. Oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tingkat pelayanan logistic yang sama dengan negara lain. 

 

Satu perbedaan besar adalah banyak pelayanan logistik yang masih melakukan pengiriman langsung ke rumah penerima. Dalam hal ini, Indonesia masih tertinggal disbanding pasar lain, dimana titik pengumpulan dan pengambilan barang lebih lazim ditemukan. Namun demikian, telah banyak operator logistic di Indonesia yang berinvestasi untuk membangun infrastruktur tersebut, yang nantinya juga akan meningkatkan pengalaman pelanggan di masa mendatang.

 

ALAN : Apakah Anda memiliki pengamatan tentang logistik lintas negara yang dapat diceritakan kepada kami? Misalnya, bagaimana waktu pengiriman rata-rata untuk e-commerece lintas negara sejak awal pandemi ini terjadi? 

 

ARNE : Untuk menjawab pertanyaan ini, hal yang paling penting adalah, pertama, untuk memahami bagaimana pandemi berdampak pada proses logistik secara keseluruhan, karena logistik itu sendiri bergantung pada proses pengulangan dan keandalannya. Pandemi ini menghasilkan gelombang kejut yang luar biasa, sehingga turut mengacaukan sector logistik di seluruh dunia. Banyak penerbangan dan jalur angkut yang dibatalkan dan dijadwal ulang, serta perbatasan ditutup. Terdapat pula peningkatan pos pemeriksaan di bea cukai. Selama proses ini berlangsung, saya pikir kuncinya juga adalah bahwa banyaknya staf yang terjangkit penyakit di perusahaan logistik. Tidak hanya yang terinfeksi, banyak dari mereka memilih untuk tinggal di rumah meski hanya memiliki penyakit ringan, atau ingin mencegah dirinya agar tidak terekspos virus. Hal ini mengakibatkan terjadinya kekacauan dalam operasi logistik di seluruh dunia serta di Indonesia.

 

Ini mengakibatkan peningkatan waktu transit barang, sebagian besar di tingkat internasional. Jadi, yang terdampak paling parah adalah rute pengiriman pos internasional di mana pengiriman kadang-kadang tertunda beberapa minggu. Beberapa negara mengalami penundaan bea cukai dua hingga tiga minggu sehingga mereka harus berjuang untuk menyelesaikan tumpukan kiriman yang ada.

 

Ini mempengaruhi pengiriman internasional ke Indonesia pada tingkat yang sama. 

 

Tapi saya pikir kita melihat waktu pengiriman mulai kembali ke sebelum krisis dimulai. Tetapi untuk dicatat, satu hal yang kami juga sadari bahwa pemain yang memiliki infrastruktur sendiri seperti maskapai dan truk mereka sendiri, telah menavigasi krisis dengan relatif baik, dengan waktu transit yang hanya sedikit terpengaruh bahkan saat masa terburuk krisis di akhir Maret hingga akhir April.

 

ALAN : Tampaknya gerakan dari model bisnis logistik baru yang diperkenalkan ke Indonesia. Model transformatif apa yang Anda lihat tiba di pasar selama satu atau dua tahun terakhir?

 

ARNE : Logistik mengikuti tren serupa di seluruh dunia, karena itu banyak inovasi yang kita lihat mungkin juga terlihat di pasar lain. Apa yang kami lihat baru-baru ini di Indonesia adalah model seperti opsi pengiriman hari yang sama yang diperkenalkan dan menawarkan dimensi layanan yang sangat baru bagi pengguna. Jadi contoh bagi mereka tentu saja Gojek , LalaMove untuk perusahaan seperti Paxel di pasar. Dimensi lain di mana inovasi terjadi adalah pada tingkat infrastruktur. Perusahaan kini dapat mewujudkan penggunaan infrastruktur yang lebih baik. Untuk angkutan darat, ada Kargo , dan untuk gudang, ada Waresix . Ini memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengoptimalkan pengaturan logistik dan menghemat biaya di sepanjang jalan. 

 

Poin lain, yang saya sebutkan sebelumnya, adalah loker dan titik pengiriman atau titik pengumpulan untuk logistik e-commerce. Kami telah melihat di seluruh dunia bahwa opsi pengiriman yang berbeda disukai oleh konsumen karena tidak semua orang di rumah atau ingin berurusan dengan setiap pengiriman secara individual. Opsi-opsi ini telah diperkenalkan oleh banyak pemain sekarang di seluruh pasar. Meskipun Indonesia masih dalam masa pertumbuhan, kami berharap hal itu akan menjadi tren yang meningkat di masa depan. Dan tentu saja, ada banyak operator parcel yang memanfaatkan peluang saat ini. Anda melihat bahwa volume e-commerce tumbuh sangat besar, dan semua orang mencari untung dari peluang itu.

 

Jadi kita melihat banyak pemain memasuki pasar, memperluas jaringan mereka. Untuk industri dengan hambatan masuk rendah dan pertumbuhan yang luar biasa, kita akan melihat lebih banyak pemain memasuki industry ini.

 

ALAN : Ada hal menarik tentang bagaimana pengalaman logistik berkembang untuk kebutuhan pedagang online?

 

ARNE :  Saya pikir ketika kita melihat pengalaman logistik, kita biasanya melihatnya dari tiga dimensi: 1) kecepatan, 2) biaya dan 3) pengalaman itu sendiri. Jika Anda melihat kecepatan, kami sudah bicara tentang waktu transit yang diperlukan untuk sampai ke konsumen. Kita sudah melihat bahwa hampir sebagian besar paket dikirimkan di kota-kota besar ke pelanggan akhir mereka pada hari berikutnya. Ini pencapaian yang luar biasa. Karena ketika saya mulai melihat e-commerce di Indonesia pada tahun 2012, ini jelas bukan masalahnya. Jadi selama tahun-tahun berikutnya, kita mengharapkan waktu pengiriman menjadi lebih cepat dan lebih cepat. Sekali lagi, karena para pemain industri berinvestasi dalam pengiriman terjadwal , pusat penyortiran dengan kapasitas yang lebih tinggi , perencanaan rute yang lebih baik, proses logistik menjadi lebih lancar bagi pelanggan.

 

ALAN : Bagaimana dengan konsumen? Perubahan apa terlihat akhir-akhir ini, dan apa yang bisa kita harapkan ke depannya?

 

ARNE : Pada saat yang sama, keuntungan biaya ikut bermain karena volume tumbuh dan para pemain beroperasi pada skala yang lebih tinggi. Pelaku logistik, membiarkan pelanggan mereka, yaitu para pedagang, mendapat manfaat dari keuntungan biaya ini. Jadi Anda melihat semakin banyak pedagang menawarkan pengiriman gratis ke semua konsumen, dan konsumen semakin terdorong untuk melakukan lebih banyak pesanan secara online. Terakhir, dari sudut pandang pengalaman, kami melihat apa yang pada dasarnya diterima konsumen sebagai layanan. Elemen kunci ada visibilitas dan pelacakan. Pelanggan ingin tahu di mana prosesnya, apa yang terjadi pada mereka, kapan mereka dapat diharapkan di depan pintu mereka, dan mereka ingin sampai ke tingkat di mana mereka juga dapat mempengaruhi perjalanan di sepanjang jalan: menjadwal ulang, mengarahkan ulang dan berinteraksi dengan operator untuk memastikan bahwa pengiriman sesuai dengan gaya hidup mereka dan mereka tidak harus menyesuaikan gaya hidup dengan pengiriman. Dan terakhir, kembali ke titik pengumpulan barang: ini menawarkan dimensi yang sangat baru bagi konsumen. Mereka dapat mengambil paket mereka di waktu mereka sendiri. Jika Anda melihat pasar seperti Singapura, kami memiliki lebih dari 35% pengiriman yang benar-benar mengarah ke titik koneksi, yang membuat proses pengiriman lebih efektif biaya, dan menambah tingkat kenyamanan bagi konsumen. Jadi dari perspektif itu, saya pikir itu adalah tren yang mungkin akan kita lihat di Indonesia selama beberapa tahun ke depan untuk meningkat, memberikan pengalaman logistik yang jauh lebih baik dari waktu ke waktu.

 

ALAN : Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) melaporkan bahwa volume logistik turun 60 hingga 70 persen sejak awal Maret akibat tindakan darurat yang diambil pemerintah untuk mencegah penularan COVID-19. ... maaf, tapi saya harus kembali ke pertanyaan "P": dampak apa yang telah diberikan pandemi terhadap keadaan pasar logistik e-commerce Indonesia?

 

ARNE : Kabar baiknya adalah logistik e-commerce tidak terkena dampak yang lebih keras dibandingkan perusahaan logistik pada umumnya, karena bisnis B2B lebih terpengaruh. Namun demikian, Februari dan Maret tetaplah merupakan masa yang sulit bagi sebagian besar perusahaan logistik dalam hal efek pandemi. Apa yang kami lihat adalah bahwa di seluruh dunia, di portofolio pelanggan kami,  terjadi penurunan volume sekitar 20% pada bulan Februari dan 10 % pada bulan Maret dibandingkan tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa bahkan industri e-commerce, yang diyakini mendapat manfaat dari efek pandemi, sangat terpukul. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa kompleksitas yang dihadapi e-commerce selama pandemi. Pertama, banyak perusahaan e-commerce atau penjual e-commerce yang juga mengoperasikan bisnis offline. Bisnis offline terpukul sangat keras, dan bisnis online tidak dapat sepenuhnya mengkompensasi kerugian yang dibuat perusahaan di dunia offline. Karena itu mereka memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti PHK, dan lain-lain. Elemen kedua yang sangat penting adalah ketidakcocokan inventaris; apa yang dibeli sebelum pandemi tidak sama dengan apa yang perlu dibeli selama pandemi. Banyak perusahaan memiliki kategori yang berbeda dalam inventori mereka daripada barang yang memiliki permintaan pasar tinggi selama masa pandemi. Dua elemen tersebut merupakan pengaturan dan produktivitas logistik. Dengan banyaknya infeksi yang masuk ke gudang logistik dan operasi, produktivitas menurun secara drastic. Selain itu, banyak juga proses logistik yang tidak mendukung langkah-langkah social distancing yang diperlukan selama masa pandemi. Jadi, meskipun Anda berpikir bahwa logistik e-commerce akan mendapat manfaat dari ini, bulan Februari / Maret tetap merupakan menjadi waktu yang sulit bagi industri tersebut. Namun, apa yang kita lihat sekarang adalah bahwa banyak hal berubah secara luar biasa di seluruh dunia dan juga di Indonesia selama bulan April berjalan. Para pemain e-commerce sekarang telah menemukan cara untuk menangani situasi ini. Mereka memiliki persediaan produk baru yang banyak diminati. Mulai dari bulan April dan seterusnya, e-commerce akan mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa, yang diuntungkan oleh perubahan perilaku konsumen yang disebabkan oleh pandemi.

 

ALAN : Melihat logistik Cina pada awal tahun ini, masa pandemi tampaknya telah mengatalisasi beberapa perubahan kompetitif besar-besaran di antara 3PL terbesarnya. Pendapatan SF Express Februari naik 77,3% year-on-year, dan volume bisnis naik 118,89% year-on-year. Sementara itu, pendapatan YTO pada bulan Februari turun 35,69 %;  Yunda turun 13,41%; dan Shentong menurun 37,26%. Apakah Anda melihat perubahan struktural serupa di Indonesia selama periode ini, baik di antara pemain maupun moda operasi?

 

ARNIE : Saya tidak menduga demikian. Di Cina, dampak virus sangat terkonsentrasi secara regional di sekitar Wuhan dan Hubei; dan jika Anda melihat industri logistik di China, para pemain yang Anda sebutkan memiliki eksposur geografis yang sangat spesifik. Semuanya melayani secara nasional, tetapi pangsa pasar masing-masing di bagian negara berbeda. Dengan ini, Anda bisa melihat bahwa virus memiliki dampak yang sangat berbeda pada para pemain logistik, seperti yang ditunjukkan oleh angka-angka yang baru saja Anda sajikan. Di Indonesia dan sebagian besar negara lain, dampak virus terlihat lebih merata. Kita juga tidak memiliki pembagian daerah dimana pemain tertentu sangat kuat atau lemah. Jadi saya tidak berpikir bahwa akan ada perubahan besar dalam dinamika persaingan. Hal yang paling penting adalah sebagian besar pedagang memiliki perpaduan operator logistik yang konstan. Kami belum melihat perubahan besar dalam cara operator digunakan di seluruh basis pelanggan kami. Oleh karena itu, saya dapat mengatakan dinamika persaingan tidak akan banyak berubah.

 

ALAN : Secara lebih luas, menurut Anda bagaimana pemulihan ekosistem akan terjadi?

 

ARNE : Pertama-tama, saya tidak akan menyebutnya pemulihan, karena pemulihan, sampai titik tertentu, menyiratkan kembalinya sesuatu ke tempat mereka sebelumnya berada. Saya pikir pandemi ini akan menciptakan normal baru (new normal) yang kini banyak diperbincangkan. Sebagian besar pemain sudah menyiapkan diri untuk menjadi sukses dalam normal baru ini dan memanfaatkan kesempatan tersebut. Salah satu hal yang sebagian besar pedagang lakukan sekarang adalah pertumbuhan, pengembangan pasar baru, dan kemampuan melayani sebanyak mungkin pesanan. Jadi rantai pasokan sekarang diatur untuk menangani volume. Orang-orang kini dapat beroperasi dengan social distancing yang mungkin akan diterapkan untuk waktu yang cukup lama. Mereka telah mengatur shift yang berbeda di gudang, memastikan bahwa proses penyortiran bekerja secara tepat. Terdapat banyak perubahan yang terjadi. Hal terpenting adlaah mulai terbiasanya pelanggan dengan normal baru. Mereka kini memesan barang yang tidak terpikir sebelumnya untuk dipesan secara online. Sangat sulit untuk mengasumsikan bahwa mereka akan melupakan ini setelah pandemi berakhir dan kembali ke pola yang sebelumnya mereka miliki. Kita mungkin akan melihat pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk e-commerce. Hampir tidak ada kemungkinan bahwa kita akan kembali seperti sedia kala. Kami sangat optimis bahwa mulai Q2, e-commerce akan akan menjadi industri yang sangat menarik untuk diamati, baik bagi investor, pelanggan , atau siapa pun yang berusaha untuk merebut peluang darinya.

 

ALAN : Saran apa yang mungkin Anda berikan kepada pedagang yang ingin membuka bisnis online di Indonesia?

 

ARNE : Lebih baik Anda bergegas. E-commerce Indonesia telah berkembang pesat dari waktu ke waktu. Saya ingat, ketika kami mulai pada 2012, pasar memiliki persediaan yang sangat terbatas. Jadi, jika Anda adalah orang pertama yang dapat menjual kaos hitam online saat itu, Anda benar-benar dapat menangkap sebagian besar pesanan. Zaman telah banyak berubah. Anda dapat membeli hampir semuanya secara online, mungkin kecuali untuk beberapa barang mewah internasional. Semuanya teredia secara harfiah. Jika Anda seorang pedagang, dan Anda tidak memiliki produk yang benar-benar unik, Anda akan melihat lingkungan pasar yang sudah cukup kompetitif. Itu tidak berarti bahwa tidak ada peluang, karena pasar masih tumbuh dengan persentase dua digit dari tahun ke tahun. Karena itu, Anda harus memastikan bahwa Anda segera memasuki pasar tersebut dan mengambil kesempatan yang ada, karena Indonesia, seperti yang Anda sebutkan sebelumnya, adalah pasar terbesar di Asia Tenggara dan memiliki peluang luar biasa untuk tumbuh bagi siapa saja yang menjadi bagian darinya.

 

ALAN : Apakah Anda melihat literasi digital dasar di antara pedagang sebagai hambatan untuk ekspansi lebih lanjut dalam e-commerce Indonesia?

 

ARNE : Ini sebenarnya kembali ke poin yang saya buat sebelumnya. Kita bergerak menjauh dari dari pasar e-commerce terkendala persediaan terbatas dimana hanya ada sedikit barang yang tersedia secara online. Akan terjadi peningkatan pasar untuk setiap barang tambahan yang muncul secara online. Terdapat banyak produk yang tersedia secara online di berbagai platform. Dari perspektif itu, kami percaya bahwa literasi digital dari para pedagang mungkin bukan merupakan faktor yang menghambat e-commerce di Indonesia. Kami percaya bahwa ini merupakan sesuatu yang digerakkan oleh pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang terbiasa dengan fakta bahwa mereka dapat membeli barang secara online, mereka akan mengubah gaya hidupnya untuk lebih banyak menggunakan waktu dan membeli barang secara online. Hal tersebut akan menjadi pendorong terbesar bagi pertumbuhan e-commerce di Indonesia di masa depan. Kembali juga pada fakta bahwa kita memiliki normal baru, orang-orang kini telah dipaksa selama beberapa bulan untuk hidup di dunia dimana e-commerce adalah cara vital untuk mendapatkan produk ke rumah mereka. Kami membayangkan bahwa mereka tidak akan kembali seperti sedia kala.

 

ALAN : Baiklah, hal tersebut menyimpulkan podcast perdana kami dari Indotekno. Terima kasih banyak telah bergabung dengan kami hari ini, Arne.

 

Kami berharap Anda, pendengar, menikmati episode kali ini. Kami menyambut setiap kritik yang membangun, ide pembicara, topik yang Anda ingin untuk lebih diketahui oleh dunia, dan setiap serta semua umpan balik lainnya bagi acara ini. Email saya adalah Alan@gizmo-advisors.com .

 

Silakan kunjungi situs web kami di Indo-Teko.com jika Anda ingin masuk ke dalam mailing list kami untuk episode baru.

 

Jika Anda menikmati podcast secara keseluruhan, kami juga akan sangat menghargai setiap umpan balik yang dapat Anda berikan di Apple Podcast.

 

Podcast diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Alpha JWC Ventures.