Indo Tekno Podcast

"Appsolutely" App-obsessed Indonesia: A Conversation with Junde Yu of App Annie

May 28, 2020 Alan Hellawell Season 1 Episode 2
Indo Tekno Podcast
"Appsolutely" App-obsessed Indonesia: A Conversation with Junde Yu of App Annie
Show Notes Transcript Chapter Markers

(Transkrip Bahasa Indonesia di sini)

Indonesia is the heaviest user of mobile apps of the world's 20 largest markets. Smartphone owners in Indonesia on average spent an astounding 5.5 hours per day on their mobile apps in the month of March, according to global mobile app analytics leader App Annie. Their peers in markets such as the US and Germany meanwhile spent a mere 2.7 hours and 2.4 hours on their phones, respectively.

We in fact view the mobile app as the single most powerful driver of Indonesia’s ongoing "leap-frog" into the digital age. In this episode we interview Junde Yu, VP Sales and Support at App Annie. Junde offers fascinating proof-points of the successful evolution of "superapps" Gojek and Grab, while offering deep analysis of mobile app categories such as Gaming, e-Commerce, EduTech, Ride Hailing and Travel. He also addresses surprising market share trends in various mobile app segments.

Junde's big prediction: Indonesia's mobile Fintech space will boast very promising innovation and growth going forward.

Please join us for this, our second instalment of the Indo Tekno podcast!

Transkrip Bahasa Indonesia: https://www.indo-tekno.com/transkrip

English language transcript: https://www.indo-tekno.com/transcript


(English language transcript follows below)

Transkrip Bahasa Indonesia

ALAN 0:13

Selamat datang kembali di episode kedua Indo Tekno. Podcast Indo Tekno dikhususkan untuk segala sesuatu yang terkait dengan teknologi di Indonesia. Podcast berbahasa Inggris, dengan transkrip yang disertai dalam Bahasa Indonesia. Kami akan memberikan transkrip podcast Bahasa Indonesia di situs web kami.

 

Nama saya Alan Hellawell. Saya adalah tuan rumah dari Indotekno . Saya juga Pendiri konsultan teknologi bernama Gizmo dan Venture Partner di firma venture capital Alpha JWC Ventures.

 

Bagi Anda yang menonton episode pertama kami, kami mendiskusikan kondisi terkini terkait e-commerce dan logistik di Indonesia dengan Arne Jeroschewski dari Parcel Perform. Sebagai tambahan, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda semua yang memberi umpan balik setelah mendengarkan episode tersebut. Kami berharap podcast kami terus berkembang sesuai harapan Anda ke depan.

 

Hari ini, kami menjelajahi dunia aplikasi seluler di Indonesia. Jika kita memikirkan katalisator bagi pertumbuhan internet dan penyebaran perilaku digital, kami percaya bahwa aplikasi seluler telah menjadi penggerak paling kuat sebagai batu lompatan Indonesia ke era digital. Orang Indonesia adalah salah satu pengguna smartphone paling aktif di dunia, dengan rata-rata penggunaan 5,5 jam per hari di bulan Maret tahun ini. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari rata-rata penggunaan ponsel pintar Amerika.

 

Saya tahu tidak ada perusahaan lain yang secara khusus berusaha untuk memahami penggunaan dan perilaku aplikasi seluler selain App Annie.

 

Saya sangat senang untuk mengenalkan tamu saya, Junde Yu, VP Sales and Support di App Annie. Saya sudah kenal Junde selama hampir sepuluh tahun. Junde bergabung dengan AppAnnie pada 2011 dan telah memegang posisi sebagai kepala di area mobile selama lebih dari 15 tahun. Senang Anda bergabung dengan kami hari ini, Junde .

 

JUNDE  1 : 58 

Senang bergabung dengan Anda hari ini, Alan, saya tidak percaya sudah hampir 10 tahun sejak kita pertama kali bertemu. Rasanya seperti dunia yang berbeda dengan tempat kita hidup sekarang.

 

ALAN   2:05

Bisakah Anda memberi kami pengantar singkat mengenai AppAnnie?

 

JUNDE  2 : 1 0 

Kami sangat senang berbagi lebih banyak perspektif data App Annie di pasar yang menarik pada kondisi saat ini. App Annie adalah pemimpin global dalam data dan analisis pasar aplikasi seluler. Kami berkantor pusat di San Francisco dengan 12 kantor di seluruh dunia. Kami menyediakan analisis pihak pertama dan wawasan kompetitif untuk membantu perusahaan berhasil di area mobile. Data resmi kami sering dikutip oleh perusahaan global terkemuka seperti Apple, Google, Tencent, dan sebagainya.

 

ALAN   2:34

Junde, salah satu kata kunci paling dominan dalam kosakata internet di Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir adalah "SuperApp". Apakah Anda melihat bukti kuat adanya aplikasi seluler terkemuka di kawasan ini yang telah berkembang menjadi SuperApp, dilihat dari waktu yang dihabiskan pengguna dan metrik lainnya?

 

JUNDE  2 : 5 1 

Iya tentu saja. Konsep SuperApp adalah sebuah aplikasi seperti WeChat, di mana Anda dapat menggunakan beberapa layanan dalam satu aplikasi tunggal. Saat ini, kita melihat bahwa dua raksasa jasa angkutan berbasis teknologi Asia Tenggara, Gojek dan Grab, menjadi pemimpin dalam kategori SuperApp, tetapi aplikasi belanja juga mulai secara aktif memperluas penawaran mereka untuk lebih banyak melibatkan pengguna. Jadi seperti yang Anda sebutkan, waktu yang dihabiskan dalam aplikasi adalah metrik yang kami gunakan untuk sering mengukur SuperApp.

 

Ketika Grab dan Gojek pertama kali dimulai di pasar Indonesia, waktu rata-rata per pengguna per bulan untuk kedua aplikasi ini adalah sekitar 15 menit. Sekarang, tepat sebelum ada pandemi, angka tersebut naik menjadi sekitar satu jam dan 10 menit, karena orang-orang menggunakan aplikasi tidak hanya untuk naik memanggil, tetapi untuk berbagai layanan O2O (online-to-offline) lainnya seperti GoFood , GoMassage , dan sebagainya. Pada bulan April, meskipun ada penurunan besar dalam perjalanan karena pembatasan pergerakan, waktu rata-rata yang dihabiskan masing-masing pengguna per bulan masih sekitar 46 menit. Dan sekali lagi, ini terutama karena layanan online-to-offline lainnya dalam aplikasi tersebut meningkat. Aplikasi belanja seperti Shopee dan Lazada juga menawarkan berbagai fitur hiburan seperti pertunjukan streaming langsung dan mini games untuk melibatkan lebih banyak pengguna dan mempromosikan lebih banyak penggunaan mata uang virtual mereka. Selain itu, mereka juga telah berkelana ke area finance dengan ShopeePay serta kartu kredit Lazada untuk memberikan pengalaman belanja online yang lebih mulus.

 

ALAN 4:07

Di area utama mana Anda melihat adanya konsolidasi penggunaan?

 

JUNDE  4 : 1 2 

Berdasarkan kategori, dalam hal durasi penggunaan, kami tidak benar-benar melihat konsolidasi penggunaan di kategori teratas selama dua tahun terakhir di Indonesia. Faktanya, kita melihat bahwa durasi penggunaan dari dua kategori teratas—komunikasi dan sosial—persentasenya menurun. Dengan kata lain, sementara kategori-kategori tersebut masih terus berkembang, mereka menghitung bagian yang lebih kecil dari durasi penggunaan di semua kategori aplikasi. Di sisi lain, beberapa kategori besar yang mendapat keuntungan adalah kategori hiburan, belanja, permainan, dan keuangan. Sedangkan untuk kategori perjalanan dan lokal, tempat aplikasi Grab dan Gojeck berada, rentang waktu dari kategorinya juga telah tumbuh sebesar 75% dalam dua tahun terakhir.

 

ALAN   4:53

Sementara faktor-faktor seperti populasi besar Indonesia dan pertumbuhan kuat dalam penggunaan seluler telah menjadi daya tarik yang jelas, satu hal yang menjadi perhatian umum adalah apakah aplikasi seluler akan menghasilkan uang dengan baik di Indonesia. Misalnya, apakah pengguna masih akan menggunakan ride sharing setelah subsidi berakhir, apakah penggunaan e-commerce akan tetap kuat jika platform menarik kembali pengiriman gratis dan promosi lainnya? Apakah pengguna akan membayar untuk langganan video, musik, dan media lainnya?

 

JUNDE  5 : 2 0 

Itu pertanyaan yang menarik. Saya akan membahas dari apa yang terjadi di negara yang lebih dewasa dalam konteks mobile seperti Cina. Saya sendiri menghabiskan 10 tahun tinggal di China di tengah-tengah revolusi smartphone, jadi saya ingin mengatakan bahwa kita benar-benar dapat melihat banyak model bisnis masa depan di negara-negara berkembang seperti yang terjadi di Cina. Indonesia, seperti Cina, adalah pasar pertama yang sangat besar bagi mobile dan juga memiliki pasokan dana ventura yang bagus. Jadi ketika Didi dan Uber pertama kali mengalami perang harga di China, terjadi pertumbuhan besar dalam basis pengguna, karena banyak pengguna baru yang diberi insentif untuk mencoba layanan. Ketika Uber keluar dari Cina dan menyebabkan berakhirnya perang harga, penggunaan Didi tidak menurun meskipun harga kembali naik. Hal ini terutama terjadi pengguna telah terbiasa dengan kenyamanan menggunakan aplikasi tersebut. Jadi, jika kita beralih ke kategori hiburan dan music, jika kita melihat kategori-kategori ini di toko iOS, perlu juga dicatat bahwa China berada di antara tiga perusahaan teratas secara global dalam hal pendapatan pada dua kategori ini. Faktor umum yang mempengaruhi hal tersebut adalah orang-orang memiliki waktu luang dan hiburan tersebut mudah diakses, entah itu melalui TV, ponsel, maupun tablet. Kemudahan tersebut juga diterapkan Cina alam hal pembayaran; pengguna dapat membayar melalui Alipay untuk membeli aplikasi di AppStore, atau bahkan dengan menggunakan QR code yang terdapat di televisi untuk membayar konten on-demand. Kenyamanan dalam membeli dan barang yang hemat biaya merupakan faktor besar dalam penggunaan e-commerce. Hal tersebut telah mendorong perubahan global di mana toko fisik sekarang menjadi etalase online bermerek, seperti yang telah kita lihat diterapkan toko Alibaba dan Xiaomi. Situasi COVID sebenarnya juga mempercepat transisi ini untuk terjadi di banyak banyak perusahaan ritel batu bata dan mortir. Hal ini terutama berlaku untuk Indonesia, di mana seluruh populasi lebih dari 267 juta tersebar di lebih dari 70.000 pulau. Tidak semua pulau ini memiliki akses ke jenis barang yang sama yang tersedia di kota-kota besar.

 

ALAN   7:15

Tampaknya ada pembagian yang cukup jelas antara penerima manfaat dan korban pandemi COVID-19. Penerima manfaat tersebut di antara lain adalah Game, E-niaga, Healthtech , Edutech, dan pengiriman makanan. Adakah analisis menarik yang dapat Anda bagikan dengan pendengar mengenai tren di bidang ini?

 

JUNDE  7 : 37 

Saya ingin memulai dengan topik favorit saya : bermain game. Jadi saya punya satu webinar baru-baru ini dengan perusahaan Vietnam bernama Amanotes . Mereka adalah salah satu perusahaan besar di Asia Tenggara. Jadi salah satu kutipan menarik dari mereka adalah bahwa sejak pandemi dimulai, dari segi gameplay, statistik data, pengguna aktif, hari kerja kini terlihat seperti akhir pekan. Kami juga melihat pola yang sama di Indonesia; terjadi peningkatan besar dalam unduhan dan keterlibatan dalam permainan. Beberapa game utama yang digunakan secara aktif di Indonesia adalah Mobile Legends Bang Bang , game yang saya sendiri juga mainkan. Ada juga Free Fire, PubG , serta Worms.io, dan BrainOut.  alam kategori e-commerce, kami melihat peningkatan unduhan, pengguna aktif, dan waktu yang dihabiskan. Kami juga melihat beberapa aktivitas dari beberapa aplikasi yang mengadopsi penawaran pay-later yang akan menarik lebih banyak konsumen terutama selama periode ini. Untuk kategori makanan dan minuman, unduhan mulai tumbuh di bulan Januari tetapi mulai stagnan di bulan Februari. Hak ini mungkin disebabkan oleh sebagian besar pesanan pengiriman makanan dilakukan melalui Gojek dan orang-orang sudah memiliki aplikasi ini, sementara Gojek terdaftar dalam kategori "Perjalanan dan Lokal". Pengecualian di sini adalah pada aplikasi HappyFresh, yang berhasil menggandakan pengguna aktif selama periode COVID ini dan terus meningkat. Di ranah pendidikan, Google Classroom merupakan aplikasi ke-tujuh yang paling banyak diunduh pada bulan Maret;  termasuk Zenius dan Ruangguru sebagai aplikasi teratas lainnya di Indonesia . Di antara ketiga aplikasi tersebut, Zenius memiliki waktu pemakaian rata-rata tertinggi per pengguna, yang juga menunjukkan bahwa produk ini memiliki kelekatan penggunaan tertinggi. Dalam kategori kesehatan dan olahraga, kami melihat pertumbuhan unduhan di beberapa aplikasi yang bisa memantau kesehatan secara mandiri, serta beberapa aplikasi olahraga yang bisa dilakukan di dalam rumah. Dalam kategori kesehatan, kami melihat pertumbuhan unduhan di aplikasi kesehatan lembaga pemerintah, serta aplikasi pelacakan kontak, serta aplikasi startup seperti AloDokter dan HaloDoc .

 

ALAN   9:28

Di sisi lain dari spektrum: 1) aplikasi ride-hailing, 2) travel dan 3) digital advertising sepertinya terkena dampak negatif yang signifikan. Adakah tanda-tanda pemulihan di area ini?

 

JUNDE  9:39 

Kami benar-benar berharap (terjadi pemulihan). Untuk sektor advertising, meski kami tidak memiliki perkiraan adanya iklan langsung, kami dapat mencoba melihat beberapa faktor data yang lain. Pertama, kami melihat unduhan karena kami melihat bahwa unduhan masih meningkat dan iklan selalu menjadi bagian besar dalam mendorong unduhan dari pengguna baru. Total unduhan global di Q1 tahun ini, dibandingkan dengan Q1 tahun lalu, sektor tersebut masih meningkat; berlanjut hingga bulan April. Tren ini hadir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Metrik lain yang kami gunakan untuk melihat skala advertising hari ini adalah jumlah pemasangan SDK (Software Development Kit) untuk pengiklanan. Kami melihat bahwa jumlah ini masih meningkat setiap bulan selama sebulan terakhir. Hal tersebut dilakukan agar lebih banyak penerbit aplikasi terlibat dengan lebih banyak penyedia iklan. Di ranah travel, kami mulai melihat peningkatan unduhan minggu ke minggu dalam di negara-negara seperti Cina dan Korea Selatan karena negara-negara ini telah keluar dari fase lockdown. Ini khususnya terjadi sejak kita mendekati libur Hari Buruh yang merupakan periode pariwisata domestik. Secara umum, negara-negara lain yang menerapkan lockdown memiliki angka pengunduhan aplikasi berkategori travel yang menurun dari sejak Februari, hingga kini mengalami stagnasi. Amerika Serikat adalah satu pengecualian yang mana unduhan kategori travel mulai tumbuh sejak minggu ketiga April, tapi saya tidak memiliki hipotesis untuk hal tersebut. Pada akhirnya, untuk aplikasi yang tepat pengguna memang aktif menurun, tetapi tidak lebih dari 10% dari puncak penggunaan sebelum periode COVID-19 ini, sementara sesi penggunaan aplikasi turun setengahnya. Ini mungkin bisa menjadi hal bagus, mengingat terdapat sekitar 90% penurunan dalam perjalanan harian. Kami sudah mulai melihat pemulihan penggunaan aplikasi travel di Korea dan Cina, tetapi orang-orang juga menjadi lebih sadar akan berbagi perjalanan dan transportasi umum karena faktor kebersihan. Jadi kami juga mulai mengamati lebih banyak penggunaan pada aplikasi penjualan mobil bekas, karena orang mencari alternatif untuk bepergian.

 

ALAN   11:31

Prediksi menarik apa yang Anda buat seputar penggunaan aplikasi seluler di Indonesia?

 

JUNDE  11:35 

Kami melihat banyak potensi terutama di ranah FinTech. Aplikasi finance besar di Cina digunakan oleh 50-60% perangkat smartphone secara bulanan. Sementara di Indonesia, OVO dan Dana berada di sekitar 20% dari penetrasi penggunaan ini. Pastinya masih ada banyak ruang untuk lebih maju lagi. Dalam hal peraturan, Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia, OJK, juga telah memperkenalkan pedoman yang ramah bagi startup . Misalnya, setiap penyedia pinjaman P2P dapat menikmati masa tenggang satu tahun operasi sebelum mereka memperoleh sertifikasi OJK. Hal ini memungkinkan banyak bisnis untuk memasuki pasar pinjaman P2P dan membawa lebih banyak peluang keuangan kepada orang-orang yang tidak bisa mendapatkan layanan keuangan secara konvensional. Setidaknya ada 60 aplikasi keuangan baru yang diluncurkan di Indonesia setiap bulan, dan selama beberapa bulan terjadi pemuncakan dengan adanya 100 aplikasi baru yang diluncurkan.

 

Selain itu, kita juga melihat bahwa unduhan aplikasi telah meningkat sejak  tanggal 15 Maret, di mana kasus COVID meningkat dan Presiden Jokowi mengumumkan perlu adanya social distancing. Unduhan telah menurun dari sejak saat itu, tapi masih lebih tinggi 15% dibandingkan dengan periode pre-COVID-19. Artinya, orang-orang di Indonesia mencoba dan mengunduh lebih banyak aplikasi yang bisa dilakukan di rumah dalam ranah Pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan olahraga, serta aplikasi yang bisa digunakan di waktu luang, seperti menonton video atau bermain games. Hal ini meningkatkan paparan konsumen terhadap aplikasi dan penggunaan aplikasi itu sendiri, sehingga memberikan ruang bagi industri ini untuk memiliki pertumbuhan yang baik di Indonesia.

 

ALAN   13:05

Baik, hal tersebut merupakan kesimpulan dari episode kedua dari Indotekno. Terima kasih banyak telah bergabung dengan kami hari ini, Junde . Kami harap Anda, pendengar, telah menikmati episode ini. Kami menyambut semua umpan balik untuk acara ini. Email saya adalah Alan@gizmo-advisors.com. Silakan kunjungi situs web kami di Indo-Teko.com jika Anda ingin dimasukkan ke dalam mailing list kami untuk episode baru. Jika Anda menikmati podcast secara keseluruhan, kami juga akan sangat menghargai setiap umpan balik yang dapat Anda berikan di Apple Podcast. Podcast diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Alpha JWC Ventures. Terima kasih untuk mendengarkan . Sampai jumpa lagi .

 

Ditranskripsi oleh https://otter.ai

 

================

English language transcript

ALAN 0:13

 

Welcome back everyone to the second episode of Indo Tekno. The Indo Tekno podcast is devoted to everything that is Indonesia and technology-related. The podcast is hosted in English, with an accompanying transcript in Bahasa Indonesia. Kami akan memberikan transkrip podcast Bahasa Indonesia di situs web kami.

 

My name is Alan Hellawell. I am the host of IndoTekno. I am also the Founder of Gizmo Advisors and serve as Venture Partner at Alpha JWC Ventures.

 

For those of you who tuned in to our first episode, we examined the current state of e-commerce and logistics in Indonesia with the help of Arne Jeroschewski of Parcel Perform. As an aside, I wanted to thank all of you who shared with me your very thoughtful feedback after having listened to the episode. We’re hopeful that our podcasts continue to evolve to your liking going forward.

 

Today, we explore the world of mobile apps in Indonesia. If we think of catalysts to the growth of internet adoption and the spread of digital behaviors, we believe that the mobile app has been hands-down the most powerful driver of Indonesia’s leap-frog into the digital age. Indonesians are amongst the most active users of smartphones in the world, having averaged 5.5 hours per day in March this year. That is nearly twice as much as the average American smartphone owner.

 

I know of no other company so singularly devoted to understanding mobile app usage and behavior than App Annie.

 

I’m very pleased to have as my guest Junde Yu, VP Sales and Support at App Annie. I have known Junde for nearly ten years. Junde joined AppAnnie in 2011 and has held leadership positions in the mobile space for more than 15 years. Great to have you join us today Junde.

 

JUNDE  1:58  

 

Pleased to join you today, Alan, I can't believe it's been almost 10 years since we first met. It feels like almost a different world we live in now.

 

ALAN  2:05

 

Could you give us a brief introduction about what AppAnnie does?

 

JUNDE  2:10  

 

We're very happy to share more of App Annie's data perspective on such an exciting market today. App Annie is the global leader in mobile apps market data and analytics. We are headquartered in San Francisco with 12 offices worldwide. We provide first party analytics and competitive insights to help companies succeed in the mobile space. Our authoritative data is often cited by top global companies like Apple, Google, Tencent, and so on.

 

ALAN  2:34

 

Junde, one of the most dominant buzzwords in the Southeast Asian internet vocabulary over the past couple of years has been the “SuperApp”. Are you seeing solid evidence of the region’s leading mobile apps evolving into super-app status, judging by user time spent and other metrics? 

 

JUNDE  2:51  

 

Yes, definitely. So the super app concept is something like WeChat, where you can use multiple services in one single app. Right now, we see that the two ride hailing giants in Southeast Asia, Gojek and Grab, they're leading this charge, but shopping apps are also starting to actively expand their offerings for more user engagement. So like you mentioned, time spent in app is a metric that we use to often measure these super apps. When Grab and Gojek first started out in the Indonesian market, the average time per user per month for these two apps was around 15 minutes. Now, just before the pandemic, it went up to around one hour and 10 minutes, because people were using the apps not just for ride hailing, but for various other O2O (online-to-offline) services like GoFood, GoMassage, and so on. In April, despite the huge drop in commute due to movement restrictions, the average time spent per user per month was still at around 46 minutes. And again, this is primarily because of the non ride hailing services within the apps. Major shopping apps such as Shopee and Lazada are also offering various entertainment features like live streaming shows and minigames to engage users more, and promote more use cases for their virtual currency. In addition, they've also ventured into the finance space with ShopeePay and also the Lazada credit card to provide an even more seamless online shopping experience.

 

ALAN 4:07

 

In what major area are you seeing a consolidation of usage? 

 

JUNDE  4:12  

 

From a category perspective, in terms of the time spent, we don't really see a consolidation of usage in the top categories over the last two years in Indonesia. In fact, we see that the top two categories, being communications and social, they're actually losing percentage points in terms of time spent. What this means is that while these categories are still growing, they're accounting for a smaller share of all time spent across all the app categories. So on the other hand, some of the other big gainers of categories are the entertainment, shopping, games and finance categories. As for the travel and local category, where Grab and Gojeck apps reside, the category timespan has also grown by 75% in the past two years.

 

ALAN  4:53

 

While elements such as the massive population of Indonesia and strong growth in mobile usage have been clear attractions, one common concern is whether mobile apps will monetise well in Indonesia. For example, will users still use ride share after subsidies subside, will e-commerce usage remain robust as the platforms pull back free shipping and other promotions. Will users pay for video, music and other subscriptions? 

 

JUNDE  5:20  

 

That's an interesting question. I'd like to take a look at what's happening in a more mobile mature country like China. I myself, I spent 10 years living in China in the thick of the smartphone revolution, so I'd like to say that we can actually see a lot of future business models in developing countries shape up just like how they did in China. Indonesia, like China, is a huge mobile first market and there is also a good supply of venture funding. So when Didi and Uber first had a price war in China, there was huge growth in the user base, as a lot of new users were incentivized to try and out the services. When Uber exited China and hence ended the price war the usage of Didi did not go down despite prices going back up. This is primarily because the users have gotten used to the convenience of a ride hailing app. So if we jump to the entertainment and music categories if we look at this these categories on the iOS store, it's also worthwhile to note that China is amongst the top three companies globally, for revenue in these two categories. The common factor here being people have time to kill and this is convenient entertainment, whether it's accessible on your TV, on your phone or on your tablet. Where China goes one step further in convenience is also in the payment for such services; being able to use Alipay to pay for the iOS app store, or being just able to scan the QR code on the TV screen to pay for on-demand content. And finally, convenience again, and also being able to get cost effective goods: these are huge factors in the adoption of e-commerce. This has driven a global shift where physical shops are now becoming branded online storefronts, as we've seen with the Alibaba and Xiaomi stores. The COVID situation has actually also expedited this transition for many brick and mortar retail companies. This is especially true for Indonesia, where the entire population of over 267 million is spread out over 70,000 islands. Not all these islands have access to the same kind of goods available in the big cities.

 

ALAN  7:15

 

There seems to be a pretty clear division between beneficiaries and victims of the CODID-19 pandemic. In the plus column, we seem to have Gaming, Ecommerce, Healthtech, Edutech and Food delivery. Any particularly interesting analysis that you can share with listeners about trends in these areas? 

 

JUNDE  7:37  

 

I'd like to start with my favorite topic: gaming. So I had one webinar recently with a Vietnamese company called Amanotes. They're one of the top companies in Southeast Asia. So one interesting quote from them was that in since the pandemic started in terms of the gameplay, data statistics, active users, it seemed like every day was like a weekend. So we also see a similar pattern in Indonesia; we saw huge increase in downloads and engagement for games. Some of the top games in Indonesia by active users are hardcore games like Mobile Legends Bang Bang, a game that I personally play myself. There's also Free Fire, PubG, as well as hyper casual titles like Worms.io, and BrainOut. In the e commerce category, we saw increase in downloads, active users and time spent. We're also seeing some activity from some apps that are adopting a new buy-now-pay-later offering which would appeal to a lot more consumers especially during this period. For the food and drink category downloads started to grow in January but started to stagnate in February. This may be because a majority of food delivery orders are going through Gojek and people already have this app, and also Gojek is listed in the separate "Travel and Local" category. The exception here is HappyFresh, which managed to double the active users during this COVID period and it continues to increase. In the education space. Google Classroom was the seventh most downloaded app in March. Other top apps in Indonesia include Zenius and Ruangguru. Amongst these three Zenius has the highest average time per user, which also suggests that this product has the highest usage stickiness. In the health and fitness category, we saw downloads growth in some self monitoring health apps, as well as some home fitness apps. In the medical category. We saw downloads growth in the government agency health apps, as well as contact tracing apps. And also startups like AloDokter and HaloDoc.

 

ALAN  9:28 

 

On the other side of the spectrum: 1) Ride hailing, 2) Travel and 3) Digital advertising seem to have been hit very hard. Any signs of recovery in these areas? 

 

JUNDE  9:39  

 

We're definitely hopeful. So firstly, for advertising, while we do not have direct advertising spend estimates, we can try to look at some other data factors. Firstly, we look at downloads because we see that downloads are still increasing and advertising has always been a big part of driving new consumer downloads. If we compare global total downloads in Q1 of this year, compared to Q1 of last year, they are still increasing; also continuing in April. And this trend is present worldwide as well as Indonesia. Another metric that we look at to look at the scale of advertising these days would be the number of installs of the advertising SDKs. We see that this number is still increasing every month for the past month. This just that more publishers are engaging with more advertising providers. In the travel space, we start to see increasing week-on-week downloads in the travel category in countries like China and South Korea as these countries have exited the lockdown phase. This has been especially so since we were approaching the Labor Day holidays, which was a period of domestic tourism. In general, other countries that are in lockdown have been down on travel downloads in February and have been stagnating. One exception is actually the US where travel downloads started growing since the third week of April, but I don't have any hypothesis for that. And finally for right who apps: yes, the active users are down, but they're just down by not more than 10% from the peak traffic prior to this COVID-19 period. The app sessions are down by half. But this is probably good considering that there is about 90% reduction in daily commute. We have started to see recovery of ride hailing apps usage in Korea and China, but people have also become more conscious of ride sharing and public transport because of hygiene reasons. So we also start to observe more usage on second hand car sales apps, as people look to alternatives for commute.

 

ALAN  11:31

 

What interesting predictions can you make around mobile app usage in Indonesia?

 

JUNDE  11:35  

 

Well, we see a lot of potential firstly in the FinTech space. If we look at China's top finance apps, they are used by 50 to 60% of the smartphone devices on a monthly basis. While in Indonesia, Ovo and Dana are at around 20% of this usage penetration. So there is definitely a lot of room for growth. Also in terms of the regulatory environment, the Financial Services Authority in Indonesia, the OJK, has also introduced friendly guidelines for startups. For instance, any P2P provider can enjoy a one year grace period of operation before they acquire OJK certification. This has allowed many businesses to enter the P2P loan markets and brought about more financial opportunities to people who can't get traditional financial services. So there have been at least 60 new finance apps launched in Indonesia on a monthly basis. And for some peak months, we've seen more than 100 apps launched. The other thing is, we see that app downloads have also spiked since the week of 15th of March, where COVID cases spiked and President Jokowi announced social distancing. Downloads have since tapered off slightly, but they are still up 15% compared to pre COVID-19 periods. So what this means is that people in Indonesia are trying and downloading a lot more apps for home based education for business meetings, health and fitness, and just for killing time, like watching videos or hyper casual games. This has increased a lot of exposure to apps as well as app based use cases. And this provides a very healthy outlook for the growth of the industry in Indonesia.

 

ALAN  13:05

 

Well, this concludes our second instalment of IndoTekno. Thanks so much for joining us today, Junde. We hope you, the listener, have enjoyed the episode and welcome any and all other feedback on the show. My email is Alan@gizmo-advisors.com.  Please do visit our website at Indo-Teko.com if you would like to be put on our mailing list for new episodes. If you enjoyed the podcast overall, we would also deeply appreciate any feedback you can furnish on Apple Podcasts. The podcast was translated from English to Bahasa Indonesia by Alpha JWC Ventures. Terima kasih untuk mendengarkan. Sampai jumpa lagi.

 

Introduction
App Annie: Company Intro
The rise-and-rise of super apps Gojek & Grab
Very Little Category Consolidation
Will Indonesian Apps Monetize Well?
App Winners in the COVID-19 Era
Losing Categories in the COVID-19 Era
App Annie Indo App Predictions
Episode Wrap-up