
OzAlum Podcast
Do you ever wonder how Australian alumni have gone on to achieve success after studying in Australia? Now you have the chance to find out as our alumni share unique stories about their experiences, knowledge and networks gained while in Australia that have helped them most in their journeys and key intersections of opportunity and alumni connections that have propelled them to where they are today. We have some talented alumni guest hosts lining up for exclusive interviews with our guests. Listen in our OzAlum podcast find out how these inspiring alumni let their lives speak and the unexpected twists and tale of life at each intersection along the way.
OzAlum Podcast
Eps #24: Bagaimana Pengalaman Menjalani Beasiswa yang Inklusif bagi Penyandang Disabilitas?
Bagaimana pengalaman menjalani beasiswa yang inklusif bagi penyandang disabilitas?
Di episode terbaru OzAlum Podcast, pembawa acara Raissa Almira berbincang denganRichard Kennedy, alumni Beasiswa Australia Awards, untuk membahas seperti apasebenarnya perjalanan beasiswa yang inklusif bagi penyandang disabilitas.
Richard bercerita bagaimana Beasiswa Australia Awards mendukung kebutuhannya secaramenyeluruh, mulai dari proses pendaftaran yang aksesibel, pengaturan pra-keberangkatanyang disesuaikan dengan kebutuhan, hingga pengalaman studi di Australia dan kepulangannya ke Indonesia sebagai alumni yang aktif. Ia juga menyoroti suasana inklusif di kampus dan kota-kota di Australia, termasuk transportasi umum yang ramah disabilitas, komunitas mahasiswa yang suportif, serta fasilitas yang membuat kehidupan sehari-hari dan proses belajar jadi lebih mudah dan memberdayakan.
Episode ini menghadirkan cerita langsung tentang bagaimana Australia Awards memberikankesempatan yang setara bagi semua. Simak podcastnya!
*woosh*
Raissa Almira: Bagaimana Beasiswa Australia Awards ini membantu Mas dalam berkegiatan sehari-hari?
*woosh*
Richard Kennedy: Australia Awards sebagai beasiswa yang sangat mendukung dan mengakomodasi kebutuhan penerima beasiswa dengan disabilitas.
*woosh*
Raissa Almira: Pesan-pesan buat teman-teman di luar sana, penyandang disabilitas yang masih takut atau ragu buat daftar Beasiswa Australia Awards.
*intro*
Raissa Almira: Halo OzListeners, selamat datang di OzAlumPodcast. Sebuah podcast yang membahas mengenai Australia, Beasiswa Australia Awards dan para penerimanya, serta alumni yang sangat inspiratif.
Hari ini, aku Raissa Almira sebagai pewara sedang menggunakan hijab berwarna biru tua dan juga baju bermotif bunga-bunga dan hari ini kita akan membahas hal yang sangat menarik teman-teman yaitu adalah manfaat Beasiswa Australia Awards bagi penerima beasiswa dengan disabilitas.
Hari ini kita kedatangan tamu yang sangat istimewa yaitu Mas Richard Kennedy. Beliau adalah seorang alumni Beasiswa Australia Awards yang meraih gelar Masters of Disability Practice and Leadership dari Flinders University di Adelaide.
Saat ini, Mas Richard merupakan seorang peneliti independen di bidang inklusi disabilitas, hukum, dan juga kebijakan publik. Selain itu, Mas Richard juga merupakan seorang aktivis hak-hak disabilitas. Halo Mas Richard, selamat datang.
Richard Kennedy: Halo Kak Raisa, terima kasih sudah mungundang saya hari ini dan halo teman-teman Ozlisteners. Saya Richard Kennedy. Saya hari ini menggunakan kacamata transparan dan menggunakan batik dengan warna dominan hitam dan putih.
Raissa Almira: Oke, selamat datang. Terima kasih banyak sudah datang, Mas. Apa kabar?
Richard Kennedy: Puji Tuhan, baik Mbak Raissa.
Raissa Almira: Sebelum kita masuk ke pengalaman studi, boleh tidak Mas Richard berbagi cerita bagaimana latar belakang Mas Richard dan juga perjalanan sehingga Mas mendapatkan Beasiswa Australia Awards.
Richard Kennedy: Jadi, aku adalah seorang disabilitas sensorik netra total atau mengalami kebutaan secara total dan itu menjadi alasan juga sebenarnya buat aku untuk berdiri sebagai advokat hak-hak disabilitas, karena dalam waktu-waktu yang lampau, aku sempat mengalami pengalaman yang kurang mengenakan di institusi pendidikan dimana aku mengalami diskriminasi, mengalami pembedaan-pembedaan karena status disabilitasku dan dari situ muncul keinginanku untuk, "Ya, saya mau berjuang untuk keadilan penyandang disabilitas." dan oleh karena itu aku kuliah S1 mengambil jurusan ilmu hukum, aku fokus kepada hukum dan hak asasi manusia dan di S2, aku memang ingin mendalami tentang hak dan keadilan disabilitas.
Beasiswa Australia Awards kebetulan dan untungnya menawarkan kesempatan yang sangat berharga untuk teman-teman disabilitas bisa meraih gelar Master dan PhD di perguruan tinggi di Australia dan kebetulan juga, Australia adalah salah satu negara yang sangat terkemuka di bidang keadilan and hak-hak disabilitas. Jadi itu ada kombinasi yang sangat pas kira-kira Kak Raissa. Kenapa kemudian aku memilih juga untuk, "Ya. Australia adalah tujuan saya untuk studi.".
Raissa Almira: Boleh cerita Mas sedikit mengenai program studinya? Belajar apa saja saat itu dan juga bagaimana pengalamannya saat belajar subjek itu?
Richard Kennedy: Uniknya Flinders University itu punya satu subjek, Masters of Disability Practice and Leadership dan dia merupakan satu-satunya program studi master di bidang hak, keadilan dan kebijakan disabilitas di Australia, dan dia merupakan jurusan yang masuk 5 besar di seluruh dunia.
Di sana aku belajar macam-macam, mulai dari tentu saja kebijakan disabilitas secara teori itu bagaimana? Bagaimana dunia, Masyarakat, dan komunitas itu memandang disabilitas? Bagaimana komunitas yang inklusif itu? Bagaimana pembuatan kebijakan-kebijakan publik yang suara disabilitas itu menjadi pusat, menjadi fokus utama dari kebijakan-kebijakan publik yang ada. Termasuk juga belajar tentang praktik inklusifitas, tentang bagaimana membuat program yang inklusif, membuat projek yang inklusif sampai pada tataran komunitas dan pemerintahan. Jadi sangat-sangat luas dan kita tentu saja, di Australia, di Disability Studies di Flinders University, kita berperspektif hak asasi manusia.
Raissa Almira: Oke. Jadi memang sangat inklusif dan mengispirasi sekali ya Mas subjek ini. Dan kebetulan sekali sangatlah selaras dengan Beasiswa Australia Awards, dimana Beasiswa Australia Awards ini membuka akses bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pendidikan tinggi di Australia.
Richard Kennedy: Betul sekali.
Raissa Almira: Saat Mas tadi daftar, apa yang Mas rasakan sendiri, dukungan dari Beasiswa Australia Awards saat proses aplikasi?
Richard Kennedy: Itu dimulai ketika awal. Proses awal aku mengetahui informasi tentang Beasiswa Australia Awards, bahkan dari website-nya, itu bisa dikatakan website-nya sendiri itu sudah sangat aksesibel terhadap pengguna pembaca layar. Karena aku adalah seorang disabilitas sensorik netra total, aku sangat bergantung dengan pembaca layar untuk membaca, menulis di komputer ku dan itu website-nya sendiri sudah sangat aksesibel, menurut aku sebagai pengguna dari website tersebut.
Juga, ketika kita bicara tentang dukungan-dukungan apa saja yang disediakan sejak proses, bahkan sebelum aplikasi ya, itu ada sesi informasi khusus untuk pelamar dengan disabilitas dan itu aku ikut sesi informasinya. Sangat menarik, sangat interaktif, sangat aksesibel, sangat inklusif, dan itu sangat membantu aku dalam mempersiapkan aplikasiku.
Bahkan ketika itu pun aku juga meng-email tim Australia Awards di Indonesia (AAI) dan mereka juga menjawabnya dengan sangat ramah dan menjelaskannya juga dengan sangat baik. Itu hal-hal yang mendukung. Seluruh staf, kemudian sistem, itu punya perspektif disabilitas yang baik aku bisa katakan.
Raissa Almira: Mas Richard, banyak sekali yang penasaran, bagaimana bisa untuk daftar AAS itu IELTS-nya bisa 4,5 saja, TOEFL ITP-nya 425, IBT 33, PTE 32? Dimana untuk kampusnya sendiri lumayan tinggi Mas? Kenapa bisa begini? Boleh cerita Mas?
Richard Kennedy: Itu menurut pengalamanku secara pribadi ya, itu adalah salah satu akomodasi atau perluasan kesempatan yang diberikan oleh Beasiswa Australia Awards untuk pelamar dengan disabilitas.
Jadi teman-teman dengan disabilitas yang memang mungkin memiliki akses terbatas terhadap kursus Bahasa Inggris, atau memiliki kompetensi yang terbatas dalam berbahasa Inggris, itu supaya berani dan bisa untuk daftar masuk dan belajar dengan dukungan Beasiswa Australia Awards.
Di Beasiswa Australia Awards juga, seperti pengalaman kita semua ya Kak Raissa sebagai pelajar, kita juga ada Pre-Departure Training (PDT) dimana disana kita belajar Bahasa Inggris akademik. Di sana kita dipersiapkan ulang, digodok ulang, diajari ulang Bahasa Inggrisnya, bener-bener belajar, untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris kita, difasilitasi secara penuh oleh Beasiswa Australia Awards. Dan pengalamanku secara pribadi, mengikuti PDT sendiri, PDT-nya itu sangat inklusif Kak Raissa.
Jadi aku belajar Bahasa Inggrisnya itu juga nyaman, benar-benar difasilitasi. Materi-materinya aksesibel, guru-gurunya itu sangat ramah terhadap penyandang disabilitas, suportif dan benar-benar menerapkan praktik mengajar yang inklusif dan itu yang membuat aku juga kemudian bisa berkembang Bahasa Inggrisnya dan juga bisa bersiap untuk studi ke Australia.
Juga nanti di akhir PDT, kalau memang IELTS ketika mendaftar itu belum memenuhi persyaratan kampus, teman-teman itu juga akan diberikan fasilitas untuk tes IELTS gratis di akhir itu supaya bisa memenuhi persyaratan untuk pendaftaran kampus.
Aku ingat juga Kak Raissa, waktu PDT tidak hanya kita belajar Bahasa Inggris akademik ya. Kalau Kak Raissa ingat juga mungkin ada ya Info Day?
Raissa Almira: Ada.
Richard Kennedy: Ada ya. Itu seluruh kampus-kampus datang ke Bali dan kita bisa bertemu mereka satu per satu ke stand-standnya untuk menanyakan program studinya disana.
Bahkan aku secara pribadi, aku terang-terangan juga nanya, bagaimana dukungan terhadap pelajar penyandang disabilitas di kampus itu dan itu sangat bermanfaat.
Juga di masa-masa PDT itu, teman-teman AAI juga mendukung kita untuk pembuatan visa. Ingat sekali aku dibantu untuk pembuatan visa, pemeriksaan medis untuk aku dan Mama, karena kebetulan aku membawa Mama sebagai pendamping. Mama adalah pendukung pribadi untuk mendukung aku. Jadi visaku, visa Mama, dari pemeriksaan medis sampai pendaftaran, semuanya itu bener-bener dibantu.
Raissa Almira: Mantap sekali, dan setahu aku sampai 12 bulan Mas untuk PDT-nya ini?
Richard Kennedy: Iya, untuk periode yang sekarang ini itu sampai 12 bulan.
Raissa Almira: Biar sampai mahir sekali kemampuan Bahasa Inggrisnya ya Mas?
Richard Kennedy: Benar. Tapi karena suasana belajarnya inklusif dan menyenangkan, yakin teman-teman akan menikmati belajar Bahasa Inggris dan menikmati proses persiapan itu sebagai sebuah perjalanan ya.
Raissa Almira: Ya betul sekali. Oke mas, pertanyaan berikutnya.
Seperti yang kita tahu, penyandang disabilitas itu memiliki kebutuhan yang beragam. Dari disabilitas fisik, sensorik, intelektual dan juga psikososial. Bagaimana pengalaman Mas Richard melihat Beasiswa Australia Awards mengakomodasi berbagai kebutuhan ini, baik saat aplikasi, pre-departure training maupun selama studi di Australia.
Richard Kennedy: Nah ini juga pertanyaan yang sangat menarik karena harus kita akui ya bahwa Beasiswa Australia Awards ini menyediakan penyesuaian yang wajar. Kita menyebutnya sebagai penyesuaian yang wajar. Menyediakan semacam dukungan-dukungan untuk teman-teman disabilitas ini agar bisa masuk dan studi di Australia itu semuanya lengkap didukung oleh Beasiswa Australia Awards dan aku bisa katakan bahwa tidak semua beasiswa menyediakan dukungan sekomprehensif Beasiswa Australia Awards.
Benar kata Kak Raissa, bahwa kebutuhan disabilitas itu sangat beragam. Ada disabilitas sensorik, fisik, psikososial, mental, intlektual dan banyak lagi jenis-jenis disabilitas lainnya.
Hal yang pertama yang paling aku apresiasi dari Beasiswa Australia Awards adalah teman-teman tim AAI itu sangat menghargai preferensi kami sebagai disabilitas. Katakanlah disabilitas sensorik netra total. Walaupun sama-sama disabilitas sensorik netra total, tetapi preferensi dan kebutuhan kami itu bisa berbeda-beda. Dan hal yang dilakukan oleh tim AAI adalah menanyakan, "Apa kebutuhanmu? Dan apa preferensimu?". Dan disitu akan dinilai, kemudian akan didiskusikan dan kemudian akan sama-sama kita menyusun yang namanya Disability Support Agreement bersama dengan Disability Advisor-nya tim AAI, dengan kita dan dengan tim-tim yang lain.
Jadi itu akan didukung dan dukungan itu akan disediakan secara komprehensif. Itu poin yang bagus. Poin yang sangat-sangat bagus dari Beasiswa Australia Awards ini.
Raissa Almira: Oke. Tadi kita bicara mengenai luar biasanya Beasiswa Australia Awards terhadap penyandang disabilitas. Bagaimana pengalaman Mas sendiri saat kuliah dari kampus di Flinders. Apa ada pengalaman spesial saat belajar disana? Apa ada tantangan dan bagaimana Mas melewati itu? Yang dibentuk oleh kampus ini.
Richard Kennedy: Di seluruh kampus di Australia ya, kita bisa katakan seluruh kampus di Australia itu sudah memiliki yang namanya layanan disabilitas. Satu badan atau satu lembaga di kampusnya yang memang ngurusin tentang akses dan inklusi disabilitas. Jadi, semua kampus di Australia pasti sudah memiliki itu.
Terutama kita bicara tentang Flinders University hari ini. Di sana ada Flinders Disability Services dan itu sangat berkesan buat aku, karena ketika pertama kali aku datang di Flinders University dan bertemu dengan Flinders Disability Services itu kita sudah sama-sama saling mendiskusikan apa sebenarnya kebutuhanku dan bagaimana kampus bisa memfasilitasi kebutuhan tersebut.
Jadi kampus sendiri itu sudah memiliki berbagai layanan untuk mendukung yang namanya Universal Design Learning (UDL). Itu sangat membantu.
Bahkan contoh, KaK Raissa. Ada satu dosen atau satu mata kuliah, memberi tugas untuk membuat poster, dimana itu tidak aksesibel buat aku. Sangat-sangat tidak aksesibel. Tetapi dengan adanya mekanisme layanan disabilitas, dengan adanya sistem yang sudah mapan di sana. Di sana sudah disediakan juga tugas alternatif yang sudah disusun.
Jadi, ada tugas-tugas alternatif yang bisa aku lakukan, daripada membuat tugas poster tersebut, aku cukup untuk membuat esai, tetapi bobot dari esai dan poster itu sama. Jadi ada layanan-layanan seperti itu.
Bahkan kalau kita bicara tentang perpustakaan, kita harus akui bahwa buku-buku itu sangat banyak. Tapi sayangnya, tidak semua buku itu aksesibel. Contohnya buku cetak. Materi-materi buku cetak itu tidak aksesibel buat aku yang pengguna pembaca layar ini, dan itu harus dikonversi dulu ke versi elektronik dan harus dikonversi dulu ke versi yang aksesibel juga. Flinders Disability Services memberikan layanannya, memberikan supportnya agar aku bisa membaca materi, membaca buku-buku tersebut, termasuk ketika aku melakukan penelitian untuk thesisku, Flinders Disability Services, dosen supervisorku dan juga tim yang lain itu sangat-sangat komprehensif dalam memberikan dukungan.
Raissa Almira: Tadi kita sudah ngomongin mengenai bagaimana Flinders University sangat mengakomodasi Mas Richard. Bagaimana dengan komunitas penyandang disabilitas, Mas? Apakah Mas merasakan ada peran yang diberikan atau bantuan yang diberikan?
Richard Kennedy: Untuk komunitas disabilitas sendiri, di Flinders sendiri, kita punya yang namanya Flinders University Student with Disabilities Association (FUSDA) dan kebetulan di tahun 2023 pertengahan sampai 2024, Aku diminta oleh teman-teman, dipilih oleh teman-teman untuk menjadi presidennya dan itu menjadi komunitas yang sangat suportif untuk pelajar dengan disabilitas yang ada di Flinders University.
Jadi kita sama-sama memberikan dukungan kepada sesama. Disability support disability, seperti women support women. Jadi itu menjadi semacam dukungan dengan sesame, untuk santai-santai, untuk cerita-cerita, untuk curhat dan sebagainya. Dan itu sangat-sangat membantu aku secara pribadi juga komunitas pelajar dengan disabilitas di Flinders University.
Itu yang pertama, kalau bicara tentang komunitas disabilitas secara umum di Adelaide, kebetulan aku juga tergabung dengan beberapa organisasi advokat penyandang disabilitas di Adelaide sana dan mereka sangat-sangat memberikan kesempatan untuk kita, pelajar internasional, terutama aku juga yang belajar di Disability Studies untuk mengenal, untuk mengerti dan untuk praktik secara langsung.
Jadi, tidak cuma membahas teori saja di kelas, tapi komunitas itu juga membukakan kesempatannya untuk aku bisa praktik dan untuk bisa mengerti bagaimana praktik yang terbaik disana atau apa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sistem di Australia atau sistem spesifiknya di Adelaide.
Raissa Almira: Oke, terima kasih banyak untuk ceritanya, Mas. Oke deh, tadi kita sudah bahas mengenai Flinders-nya dan juga Australia-nya, bagaimana dengan beasiswanya?
Bagaimana Beasiswa Australia Awards ini membantu Mas dalam berkegiatan sehari-hari? Baik dari akomodasi sehari-hari, atau hal semacamnya yang membantu Mas sehari-hari?
Richard Kennedy: Itu sangat ya.
Raissa Almira: Sangat ya, bagaimana Mas?
Richard Kennedy: Beasiswa Australia Awards itu sangat membantu penerima beasiswa dengan disabilitas. Karena kita orang-orang yang hidup dengan disabilitas itu selalu memiliki biaya tambahan. Jadi aku menyebutnya itu sebagai biaya tambahan untuk penyandang disabilitas. Biaya-biaya tambahan yang ditimbulkan karena kita punya disabilitas.
Contoh, karena aku disabilitas netra misalkan, aku butuh seseorang untuk menuntun aku. Dan ketika aku menggunakan transportasi publik, berarti aku harus bayar 2 kali. Itu adalah salah satu bentuk biaya tambahan untuk penyandang disabilitas. Atau contoh lainnya, ada teman yang dia pengguna kursi roda. Dia harus tinggal di akomodasi yang aksesibel untuk kursi roda. Akomodasi yang aksesibel untuk kursi roda, itu tentu harganya lebih mahal.
Dukungan-dukungan semacam itulah, termasuk dukungan untuk komunikasi, termasuk segala dukungan yang ada untuk mendukung kami, pelajar penyandang disabilitas untuk bisa aktif dan berkontribusi serta dapat mengakses pendidikan secara penuh, itu disediakan oleh Beasiswa Australia Awards. Ada yang namanya tunjangan akomodasi, tunjangan transportasi, tunjangan pendamping, dan tunjangan IT dan aksesibilitas perangkat lunak. Jadi semua itu sudah disediakan, lengkap oleh Beasiswa Australia Awards dan itu mengapa aku bilang, Australia Awards sebagai beasiswa yang sangat mendukung dan mengakomodasi kebutuhan penerima beasiswa dengan disabilitas.
Raissa Almira: Keren sekali ya. Saya juga baru tau. lengkap ya, dapat dari AAS?
Richard Kennedy: Lengkap, betul.
Raissa Almira: Oke Mas, pertanyaan berikutnya. Sepengetahuan aku, Mas Richard juga mendapatkan sebuah penghargaan yang sangat bergengsi, namanya adalah Allison Sudrajat Prize (ASP). Boleh tidak Mas cerita sedikit gimana Mas memanfaatkan prize ini? ASP ini?
Richard Kennedy: Iya, jadi itu kebetulan sekali momennya di bulan Mei 2024. Waktu itu, aku pengen ikut konferensi internasional mengenai hak-hak disabilitas.
Jadi ada sebuah konferensi tentang hak-hak disabilitas dan aku memang sudah punya makalah, masih bagian dari projek penelitian di Flinders University dan lagi bingung, bagaimana ya ikut konferensi ini?
Kebetulan AAI mengumumkan ada yang namanya Allison Sudrajat Prize dan aku cobalah daftar untuk menggunakan hadiah tersebut, datang ke konferensi tersebut. Jadi aku datang ke konferensi internasional untuk bicara sebenarnya bagaimana perspektif disabilitas dari Global South. Kalau kita sekarang bahas tentang studi disabilitas, itu literatur-literaturnya banyak dari Global North atau negara-negara yang sudah mapan, yang sudah maju, tapi bagaimana perspektif disabilitas dari Global South? Bagaimana disabilitas di negara-negara yang sedang berkembang atau di negara-negara yang sangat memiliki budaya yang kental seperti Indonesia. Itu tidak mudah untuk berbicara tentang disabilitas di konteks yang spesifik. Bukan tidak mudah ya, tapi tidak banyak berbicara tentang disabilitas di konteks yang spesifik di negara yang sedang berkembang.
Itu yang aku lakukan dan aku coba presentasikan juga dan aku coba suarakan di forum internasional dan puji Tuhan, Allison Sudrajat Prize itu benar-benar memberikan aku kesempatan untuk bisa merealisasikan keinginanku tadi.
Disitu aku tidak hanya bersuara ya, tapi aku juga berjejaring dengan peneliti disabilitas lainnya. Jadi komunitas peneliti disabilitas itu masih sangat terbatas. Dan kita sama-sama menghadapi tantangan, dimana ya tadi, dunia penelitian itu masih belum terlalu aksesibel dan kita bisa berjejaring dan harapannya ke depan kita bisa berkolaborasi bersama. Jadi, Allison Sudrajat Prize itu sangat membantu aku dalam mengembangkan kemampuan pribadiku untuk berbicara di depan audiens internasional dan juga kemampuan profesional, termasuk kemampuan berjejaring, termasuk kesempatan untuk berjajaring.
Jadi ini sangat menarik dan saya sangat bersyukur bisa dapat Allison Sudrajat Prize untuk mendukung kegiatanku, mendukung keinginanku untuk menjadi pelajar dengan disabilitas atau peneliti dengan disabilitas.
Raissa Almira: Keren sekali. Oke Mas. Pertanyaan selanjutnya. Mas sendiri selain mendapatkan ASP ini juga mendapatkan penghargaan 2024 International Student of the Year dari Study Adelaide dan juga Pemerintah Australia Selatan.
Wah, keren sekali Mas dan bagaimana ceritanya Mas? Apa makna dari penghargaan tersebut, terutama bagi pelajar internasional di Australia. Boleh cerita sedikit?
Richard Kennedy: Aku mencoba memaknainya dari ini ya, Kak Raissa mungkin. Dari pengalaman hidupku secara pribadi sebagai pelajar internasional dengan disabilitas. Karena seringkali ya, tidak hanya di Indonesia, ya kita bisa katakanlah ya, seringkali disabilitas itu dipandang sebagai beban, sebagai objek pasif di masyarakat.
Melalui penghargaan tersebut, sebenarnya itu adalah sebuah pemaknaan bahwa aku sebagai pelajar internasional dengan disabilitas, aku tetap bisa berkontribusi di komunitas, di Australia Selatan dan itu juga memaknai apa? Australia Selatan, terutama kota Adelaide secara spesifik, komunitasnya, orang-orangnya membuka diri, termasuk menyediakan kesempatan untuk pelajar internasional dengan disabilitas berkarya di komunitas mereka, memberikan dampak di komunitas mereka. Karena kita juga sama-sama belajar.
Kita belajar bagaimana komunitas mereka, komunitas pun belajar tentang bagaimana perspektifnya penyandang disabilitas internasional atau penyandang disabilitas dari latar belakang kultur dan linguistik. Jadi itu adalah pemaknaan yang bisa aku tarik ya karena disitu kita tidak berbicara tentang, International Student of the Year danu tidak hanya berbicara tentang pencapaian akademik saja, tetapi bagaimana keterlibatan dengan komunitas, bagaimana dukungan untuk sesama dan sebagainya itu.
Jadi, ini adalah sebuah kehormatan untuk menerima penghargaan dari Study Adelaide dan Pemerintah Australia Selatan dan itu memberikan juga semangat buat aku secara pribadi bahwa, yuk bisa yuk, yuk bisa yuk untuk kita terapkan ini. Yuk bisa yuk kita untuk terapkan bahwa komunitas disabilitas di Indonesia pun harus kita berdayakan, supaya bisa berkontribusi juga, supaya bisa menjadi subjek aktif yang berpartisipasi secara bermakna di masyarakat, di komunitas, karena komunitas itu akan sangat mendapatkan keuntungan ketika teman-teman disabilitas ini berkontribusi. Demikian juga teman-teman disabilitas akan memperoleh keuntungan ketika dia dapat berkontribusi di masyarakat.
Jadi semacam simbiosis mutualisme dan itulah makna bahwa aku dan semua gerakan disabilitas di Indonesia, di Australia atau bahkan seluruh dunia, kita harus berjuang tetap untuk menjadikan disabilitas ini berdiri sebagai subjek yang bermakna dan itu yang jadi salah satu bahan bakar juga buat aku. Penghargaan itu menjadi bahan bakar juga bahwa ini hanya satu, tetapi kita masih bisa melakukan hal-hal yang lebih dan lebih lagi kedepannya.
Raissa Almira: Oke, kita sekarang bahas Mas Richard sebagai alumni, karena baru sekali kembali ya, Mas? 2024 ya?
Richard Kennedy: Betul.
Raissa Almira: Ya Tuhan, Bagaimana Mas rasanya sebagai alumni ketika sudah kembali ke Indonesia?
Richard Kennedy: Menyenangkan ya. Menyenangkan, juga mengharukan.
Raissa Almira: Bagaimana Mas?
Richard Kennedy: Dua tahun tinggal di Australia, tinggal di kota Adelaide itu seperti sudah punya ikatan ya dengan kota itu.
Raissa Almira: Kangen ya. Masa-masa dulu.
Richard Kennedy: Bener! Jadi seperti kangen momen-momen belajar, momen-momen dikejar waktu, juga kangen dengan teman-teman yang ada di komunitas di Adelaide sana, dengan teman-teman komunitas disabilitas di sana, kangen. Tapi juga menyenangkan karena, Yes, akhirnya selesai. Perjuangan seperti dikejar waktu, tapi akhirnya perjuangan itu selesai dan waktunya untuk menerapkan apa yang sudah kita pelajari selama di Australia, kita bawa pulang ke Indonesia dan kita terapkan sesuaikan dengan konteks di negara kita di Indonesia ini. Begitu Kak.
Raissa Almira: Oke Mas Richard. Jadi ketika mas pulang ke Indonesia, apa saja fasilitas yang diberikan oleh Beasiswa Australia Awards dan juga pemerintah Australia sebagai alumni? Boleh diceritakan Mas?
Richard Kennedy: Fasilitas utama ya, secara pribadi yang aku anggap paling berharga itu adalah jaringan ya, karena dari jaringan itu ya aku bisa dapat info terbaru mengenai berbagai kesempatan, mulai dari kesempatan kerja dan banyak kesempatan lainnya. Juga kesempatan untuk mengasah pengetahuan. Itu juga penting. Jadi berjejaring, dapat kesempatan, dapat ilmu juga dan itu yang menjadi daya tarik utama, karena Beasiswa Australia Awards ini sudah punya jaringan yang begitu besar.
Terutama sekarang aku juga tergabung di dalam Australian GEDSI Alumni Network. Ini jadi sebuah wadah untuk para alumni yang bekerja atau bahkan minat untuk mempelajari isu-isu seputar kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial. Jadi, jaringan ini secara pribadi aku bisa ceritakan bahwa jaringan ini memiliki berbagai program mulai dari berbagi ilmu, jadi berbagi ilmu terkait isu-isu seputaran GEDSI, juga tentunya berjejaring, untuk membagikan kesempatan-kesempatan apa saja yang ada di bidang GEDSI.
Jadi sebagai alumni dengan disabilitas, aku juga bisa katakan karena Beasiswa Australia Awards itu juga punya banyak acara untuk para alumninya dan di setiap acara-acara itu, aspek inklusifitas, aspek aksesibilitas itu masih dan memang harus dan memang sudah dan sangat dipraktekan. Jadi, inklusifitas, aksesibilitas itu dari awal dan berproses sampai nanti.
Raissa Almira: Boleh cerita Mas ke temen-temen, apa sebenernya dana hibah alumni Australia ini dan bagaimana cara mendapatkannya?
Richard Kennedy: Jadi Australian Alumni Grant (AAG) itu sebuah program untuk mendukung teman-teman alumni mengembangkan dirinya secara personal atau profesional.
Jadi, dana hibah itu bisa digunakan untuk pengembangan komunitas, bisa digunakan untuk mendukung penelitiannya, bisa digunakan untuk menghadiri konferensi atau untuk pengembangan dirinya, misalkan dia mengikuti pelatihan atau apapun. Jadi, dana hibah ini atau Australian Alumni Grant ini punya dampak yang sangat besar aku kira buat alumni dan aku ingin daftar Australian Alumni Grant ini dan ingin juga berkolaborasi dengan para alumni lainnya untuk kita membuat kegiatan sama-sama untuk mengembangkan komunitas disabilitas.
Kalau Kak Raissa bagaimana?
Raissa Almira: Iya jadi tertarik Mas untuk ikutan.
Richard Kennedy: Kita kolaborasi ya.
Raissa Almira: Kebetulan teman-teman, bagi para alumni yang ingin daftar langsung saja ke website Australia Awards Indonesia, karena ada disitu semua info terbarunya, jadi langsung saja ke website-nya, klik link disini ya teman-teman.
Oke ini sudah bagian penutup Mas. Mungkin kita bahas Mas sebagai alumni lagi. Kira-kira apa manfaat yang Mas dapatkan, di kehidupan atau karir Mas Richard setelah pulang ke Indonesia sebagai alumni Beasiswa Australia Awards.
Richard Kennedy: Kesempatan untuk belajar di Australia itu adalah hal yang sangat berharga buat aku karena disitu aku belajar tidak hanya belajar secara teori, tapi aku benar-benar diperbaharui, secara pemikiran personalku, juga dalam praktik-praktikku sehari-hari.
Dulu sebelum aku berangkat ke Australia, aku bekerja sebagai advokat untuk hak-hak disabilitas ini. Tapi tanpa aku sadari, ternyata aku juga masih memiliki bias yang tidak disadari di dalam diriku sendiri. Bahkan aku yang disabilitas itu masih memiliki bias yang tidak disadari terhadap disabilitas dan itu momen yang berharga.
Dan banyak hal-hal yang aku pelajari, baik itu praktik-praktik terbaik, baik itu pelajaran berharga dari Australia yang menginspirasi untuk aku bisa bawa dan terapkan di komunitas di Indonesia ini. Dan aku berharap itu bisa ya untuk mengembangkan komunitas disabilitas yang ada di Indonesia ini.
Tentu saja secara karir profesional karena aku punya mimpi untuk menjadi seorang pelajar dan pengacara hak-hak disabilitas internasional, pengalaman menempuh studi di Australia bisa meningkatkan kesempatanku untuk mencapai target atau mencapai mimpiku itu. Jadi itu Kak Raissa.
Raissa Almira: Sangat menginspirasi, Mas Richard. Oke. Terakhir, kira-kira Mas Richard punya pernyataan penutup atau pesan-pesan buat teman-teman penyandang disabilitas di luar sana yang masih takut atau ragu buat daftar Beasiswa Australia Awards?
Richard Kennedy: Teman-teman ayo daftar Beasiswa Australia Awards. Beasiswa itu menurut aku secara pribadi, beasiswa yang sangat mendukung pelajar dengan disabilitas.
Ketika teman-teman memiliki disabilitas, itu tidak akan didiskriminasi. Teman-teman nyatakan saja, deklarasi saja ketika memang memiliki disabilitas karena ketika teman-teman mendeklarasi status disabilitas, Beasiswa Australia Awards akan menggunakan informasi itu untuk mendukung teman-teman bisa mengikuti seleksi, menempuh pendidikan dan bahkan nanti menjadi alumni dan bisa memfasilitasi semua akses itu.
Jadi, tidak akan didiskriminasi sama sekali, bahkan status disabilitas teman-teman itu hanya untuk kepentingan Beasiswa Australia Awards memfasilitasi teman-teman dan itu sangat dijaga kerahasiaannya. Aku tahu secara pribadi bahwa data status disabilitas kita itu sangat dijaga kerahasiaannya oleh teman-teman Australia Awards di Indonesia.
Jadi jangan ragu untuk menyatakan atau untuk deklarasi bahwa teman-teman memiliki disabilitas karena itu akan digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan, juga memfasilitasi akses teman-teman, supaya teman-teman bisa mengikuti program ini dengan sepenuh-penuhnya dan dapat menikmati perjalanannya. Jadi jangan ragu-ragu, daftar aja ketika kesempatan dibuka, langsung daftar.
Raissa Almira: Ayo kita daftar, jadi semangat sekali Mas aku.
Richard Kennedy: Jadi mau daftar lagi?
Raissa Almira: Ingin jadinya, buat S3. Oke, makasih banyak Mas Richard buat pernyataan penutupnya, sangat menginspirasi, aku sangat tergerak untuk daftar. Aku membayangkan bagaimana audiens di luar sana juga sangat terinspirasi oleh cerita Mas Richard. Terima kasih banyak ya, Mas Richard.
Richard Kennedy: Dengan senang hati Kak Raissa.
Raissa Almira: Oke, aku mau ngingetin teman-teman semua untuk langsung saja ke website Australia Awards di Indonesia karena semua info akan dikabarin di sana. Selain itu, langsung saja ke media sosialnya Kedubes dan juga KonJen disini, karena seperti yang sudah dikabari sebelumnya, semuanya diinfokan disana.
Oke, selain itu, Australia Awards di Indonesia juga bagi-bagi hadiah untuk 5 orang pemenang yang membagikan podcast ini di media sosial. Caranya gampang sekali, tinggal share konten ini, video ini di X ataupun Instagram post atau story dan mention Kedubes Australia dan gunakan hashtag #OzAlumPodcast. Pemenang yang beruntung akan dihubungi oleh tim AAI. Tapi jangan lupa untuk isi data di sini ya, biar kita bisa rangkum.
Oke, kalau gitu, terima kasih sudah menonton. Sampai bertemu di episode berikutnya!